I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Regenerasi untuk hewan
invertebrata adalah perbaikan secara lengkap sampai berfungsinya dari beberapa
bagian tubuh organisme. Pada banyak protozoa, porifera, coelentrata, dan
planaria serta nemertinia. Memiliki kemampuan regenerasi fragmen tubuh hingga
ukuran 0,5% dari tubuh dan dibawah kondisi khusus untuk ukuran fragmen yang
lebih kecil.
Pada hewan-hewan tertentu bagian
tubuh yang disayat/dibuang/hilang, dapat diperbaiki dengan sempurna melalui
proses regenerasi. Dalam hal ini tampak bahwa kemampuan tumbuh dan diferensiasi
tidak terbatas pada embrio saja, tetapi dapat sampai dewasa bahkan seumur hidup
organisme tersebut. Pada regenerasi, umumnya polaritas dipertahankan. Contoh
hewan yang memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi adalah planaria dan
kecebong. Kemampuan regenerasi sangat berbeda diantara hewan-hewan. Planaria
merupakan hewan yang mempunyai kemampuan regenerasi yang luar biasa.
Penggantian bagian tubuh yang hilang atau yang rusak terjadi dalam dua cara
yaitu Transformasi dan reorganisasi bagian tubuh yang tertinggal, seperti
perubahan atau pembentukan farink baru pada regenerasi planaria.
Berdasarkan paparan sebelumnya,
maka sangat penting bagi kita untuk melakukan praktikum ini agar kita dapat mengetahuai
proses regenerasi pada katak.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada praktikum Regenerasi yaitu, bagaimana membuktikan bahwa pada
hewan-hewan tertentu organ baru masih dapat terbentuk setelah melewati periode
organogenesis, bahkan pada periode setelah dewasa ?
C. Tujuan praktikum
Tujuan
dilakukannya praktikum Regenerasi yaitu, Untuk membuktikan bahwa pada
hewan-hewan tertentu organ baru masih dapat terbentuk setelah melewati periode
organogenesis, bahkan pada periode setelah dewasa
II. TINJAUAN PUSTAKA
Regenerasi adalah kemampuan menumbuhkan
kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas. Daya regenerasi paling besar pada
echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh
menjadi individu baru yang sempurna. Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya
itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan
reptil. Pada mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada penyembuhan luka. pertumbuhan
jaringan baru dari permikaan jaringan yang luka atau hilang dengan bentuk tunas
regenerasi atau “blastema”, seperti pembentukan ekor dan kepala planaria ( Sugandi,
2001 )
Sel pembentuk blastema dapat
berasal dari sel yang mengalami dedifferensiasi. Regenerasi berlangsung melalui
dua cara yang pertama, epimorfis yaitu
apabila perbaikan disebabkan oleh proliferasi jaringan baru yang disebut blastema
di atas jaringan lama. Kedua yaitu Morfalaksis dimana apabila perbaikan disebabkan oleh reorganisasi
jaringan lama. Heteromorfis adalah beberapa percobaan organ yang terbentuk
selama proses regenerasi sama dengan organ yang hilang tetapi adakalanya organ
yang terbentuk berbeda dengan organ yang hilang (Kimball,1983).
Pada kecebong yang telah memiliki
kaki dengan kecebong yang belum memiliki kaki akan berbeda kemampuannya dalam
memperbaiki jaringan atau organ yang rusak atau luka. Daya regenerasi pada
kecebong yang telah memiliki kaki akan lambat, sedangkan kecebong yang belum
memiliki kaki akan cepat. Hal ini dikateranakan salah satu factor yang
mempengaruhi daya regenerasi suatu organisme adalah umur organisme tersebut.
Semakin bertambahnya umur maka daya regenerasi akan berkurang dan bahkan dapat
menghilang. Meskipun suatu organisme memiliki kemampuan untuk memperbaiki
jaringan atau organ yang rusak atau luka pada tubuhnya, namun ada bagian-bagian
tubuh tertentu yang tak dapat diregenerasi atau dengan kata lain kemampuan
regenerasinya telah hilang. Terkecuali pada planaria, planaria adalah hewan
yang memiiki daya regenerasi yang sangat baik. Apabila tubuh panaria
dipotong-potong maka setiap potongan tersebut akan menjadi organisme
baru. Daya regenerasi ini mengikuti proses fragmentasi yang merupakan cara
perkembang biakan aseksual pada planaria yang bertujuan menghasilkan keturunan
(Surjono, 2001).
Pada kebanyakan Annelida terbukti
regenerasi dapat dilkukan sangat terbatas, misalnya hanya beberapa segmen saja
dari bagian anterior yang dapat dibentuk, dan jumlah segmen ini tergantung pada
spesies.Pada cacing tanah Alloobophora foetida jumlah itu empat atau
lima saja. Apabila lima segmen itu kurang dipotong dari dari bagian anterior
dari cacing ini, maka regenerasi akan terjadi secara lengkap. Tetapi apabila
lebih dari lima segmen dipotong, maka hanya empat atau lima segmen baru yang
dibentuk, dan dengan demikian cacing ini akan lebih pendek dari aslinya.
Apabila potongan dilakukan di belakang segmen genital (segmen 10-14),
maka hanya empat atau lima segmen kearah anterior yang dibentuk dan alat
genital yang ikut terpotong tidak pernah diperbaharui. Dengan demikian tipe
regenerasi yang terjadi adalah epimorfis. Epimorfis umum dijumpai pada hewan
tingkat tinggi (Hanafiah, 2005).
Sepanjang hidup suatu orgsanisme, beberapa tubuhnya dapat rusak atau
lenyap. Sebagaian besar organisme sampa derajat tertentu mempunyai kemampuan
mengganti bagian-bagian yang rusak atau lenyap tersebut. Proses penggantian ini
diseut regenerasi. Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang
sangat bervariasi dari spesies ke spesies. Spon dapat meregenerasi seluruh
organisme dari hanya konglomerasi sel-selnya. Hal ini juga terjadi pada hydra.
Seekor planaria dapat meregenerasi seluruh organisme dari satu bagian tengah.
Bahkan bintang laut dapat meregenerasi seluruh organisme dari hanya satu tangan
dan cakra tengah. Cacing tanah tak mempunyai daya regenerasi demikian , yaitu
dapat meregenerasi seluruh organisme.akan tetapi mereka dapat meregenerasi
dengan cukup kokoh (Yatim, 1990).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Regenerasi dilaksanakan
pada hari kamis, 25 April 2013 pada
pukul 07.30-9.30 WITA. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Haluoleo Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan
pada praktikum perkembangan sel kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum perkembangan sel kelamin.
No
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Plastik
hitam tipis
|
Untuk
menutup toples atau bejana tempat
kecebong tersebut
|
3.
|
Silet /
cutter
|
Untuk
memotong ekor kecebong tersebut
|
4.
|
Sendok
kecil
|
Untuk mengambil kecebong dari tempatnya
|
5.
|
Gelas
aqua
|
Sebagai tempat kecebong yang akan
diamatai
|
6.
|
Cawan petri
|
Sebagai tempat kecebong yang akan di
potong ekornya
|
7.
|
Karet
gelang
|
Untuk mengikat plastik hitam pada
gelas aqua
|
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada
praktikum perkembangan sel kelamin
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Bahan dan kegunaan pada praktikum perkembangan sel kelamin
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Kecebong
|
Sebagai bahan pengamatan
|
2.
|
Air
|
Media
agar kecebong bertahan hidup.
|
C. Prosedur kerja
Prosedur kerja pada
praktikum Regenerasi yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan
empat gelas aqua yang berisi air, dan didalam masing-masing gelas dimasukkan 2 ekor kecebong.
2. Dua
kecebong didalam satu gelas disayat ekornya dengan cutter secara tegak lurus
dan dua lainnya disayat miring. Tempat sayatan kira-kira ditengah ekor dan
lainnya tidak dipotong sebagai kontrol.
3. Mengukur
panjang ekor sebelum disayat (dari pangkal sampai ujung ekor).
4. Memperhatikan
blastema pada tempat sayatan. Mengukur panjang regerat, sampai bentuk atau
ukuran ekor lengkap dicapai.
IV. HASIL DAN PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengematan pada praktikum Regenerasi dapat dilihat
pada Tabel 3, 4 dan 5.
Tabel 3. Pengamatan ekor kecebong pada sayatan tegak lurus
Pelakuan
|
Panjang Ekor
Awal
(Cm)
|
Setelah Dipotong
(Cm)
|
Panjang Sayatan Tegak Lurus
(Cm)
|
Keterangan
|
|||
Minggu I
|
Minggu II
|
Minggu III
|
Minggu IV
|
||||
Terang
1
Terang 2
Terang 3
Gelap 1
Gelap 2
Gelap 3
|
2.5
2.5
2.5
2.1
2.1
2.5
|
1
1
1
0.5
0.5
1
|
1
1
-
1.4
1.2
1.9
|
-
-
-
1.5
1.5
2
|
-
-
-
1.7
1.7
2.1
|
-
-
-
2.3
1.8
2.3
|
Mati
Mati
Mati
Berkembang
Berkembang
Berkembang
|
Tabel 4. Pengamatan ekor kecebong pada sayatan Miring
Pelakuan
|
Panjang Ekor
Awal
(Cm)
|
Setelah Dipotong
(Cm)
|
Panjang ekor Sayatan Miring
(Cm)
|
Keterangan
|
|||
Minggu I
|
Minggu II
|
Minggu III
|
Minggu IV
|
||||
Terang
1
Terang 2
Terang 3
Gelap 1
Gelap 2
Gelap 3
|
3
2.5
2
2.5
2.5
2
|
1
1
1
1
1
1
|
1.2
2
-
1.5
1.9
1.2
|
1.6
-
-
1.6
2
1.4
|
1.8
-
-
1.8
2
1.6
|
2
-
-
2
2.3
1.8
|
Berkembang
Mati
Mati
Berkembang
Berkembang
Berkembang
|
Tabel 5. Pengamatan ekor kecebong
Kontrol
Pelakuan
|
Panjang Ekor
Awal
(Cm)
|
Panjang Sayatan Tegak Lurus
(Cm)
|
Keterangan
|
|||
Minggu I
|
Minggu II
|
Minggu III
|
Minggu IV
|
|||
Kontrol terang 1
Kontrol terang 2
Kontrol gelap 1
Kontrol gelap 2
|
2.5
2.5
2.5
2.5
|
2.5
2.5
2.5
2.5
|
2.3
2.1
2.2
2.2
|
2
2
2.5
2.5
|
2.1
2.1
2.5
2.5
|
Berkembang
Berkembang
Berkembang
Berkembang
|
B. Pembahasan
Regenerasi adalah kemampuan hewan untuk memperbaiki bagian
tubuhnya yang rusak. Regenerasi berlangsung selama perkembangan pasca embrio
melalui proses tumbuh dan diferensiasi pada jaringan sekitar luka, sehingga
permukaan luka tertutup epidermis serta jaringan dibawahnya membentuk jaringan
baru. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tidak akan ada yang sempurna.
Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari berbagai kegiatan,
mulai dari pemulihan kerusakan yang parah akibat hilangnya bagian tubuh utama.
Misalnya penggantin anggota bagian badan sampai pada penggantian kerusakan
kecil yang terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya rambut. Regenerasi
dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan diferensiasi sel-sel lapisan
marginal .Hewan-hewan yang termasuk dalam sub phylum vertebrata
mempunyaidaya regenerasi yang lebih randah dibandingkan dengan daya regenerasi
padahewan-hewan yang termasuk dalam avertebrata (regenerasi tertinggi terjadi
pada Urodela).
.
Regenerasi berlangsung melalui dua cara, yanag pertam yaitu, Epimorfis dimana
apabila perbaikan disebabkan oleh proliferasi jaringan baru yang disebut blastema
di atas jaringan lama. Ke dua, Morfalaksis, apabila perbaikan disebabkan oleh
reorganisasi jaringan lama. Heteromorfis adalah beberapa percobaan organ yang
terbentuk selama proses regenerasi sama dengan organ yang hilang tetapi
adakalanya organ yang terbentuk berbeda dengan organ yang hilang.
Proses
regenerasi pada kecebong berbentuk seperti penimbunan sel-sel yang nampak belum
berdiferensiasi pada luka yang disebut blastama, yang akan berproliferasi dan
secara progresif membentuk bagian tubuh yang hilang. Blsatama berasal dari sel
cadang khusus atau neoblast sel-sel interstitial yang bermigrasi ke tempat asal
luka. Proses regenerasinya yaitu pada saat ekor kecebong dipotong darah
mengalir menutupi pernukaan luka (darah yang mengalir tidak nampak karena
bersatu dengan air) lalu membentuk scap yang sifatnya melindungi.
Pembentukan
kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab
mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi
atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding
kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi
membentuk blastema. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang
terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu
blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
Rediferensiasi
sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema
tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat
mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang
dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa
dengan asalnya. Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari tempetatur,
pada hal-hal tertentu dapat mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi cepat
pada suhu 29,7 derajat Celcius..
Pada
pengamatan yang dilakukan ekor kecebong sebelum di sayat memiliki ukuran yang
berfariasi baik yang di sayat lurus,
miring, maupun sebagai kontrol. Kemudian kecebong kecebong tersebut disimpan
pada beberapa gelas aqua yang telah diisi air sebelumnya untuk dibiarkan hidup
dan meregenerasi organ tubuhnya yang telah rusak akibat pemotongan yang
dilakukan. Kecebong tersebut diberi perlakuan yang berbeda dimana ada yang
ditempatkan di tempat terang dan gelap. Kemudian perkembangan dari hari ke hari
di ukur panjang ekor kecebong sampai ukurannya seperti semula, pengukuran di lakukan
2 kali seminggu. Dimana pada minggu keempat ekor kecebong telah kembali dalam
bentuk semula.,
Dalam
tahap perkembangannya ada beberapa kecebong yang mengalami kematian, yaitu
terlihat pada kecebong pada wadah (gelas aqua 1,2,3) pada tempat terang dan
wadah 2 dan 3 pada kecebong yang disayat miring dan pada tempat terang pula .
Hal ini disebabkan oleh beberapa factor lingkungan seperti, kadar Oksigen yang
terlarut dalam air, suhu kelembaban udara dan ketersediaaan makanan yang tidak
sesuai untuk proses perkembangan kecebong tersebut, sehingga kecebong tersebut
tidak dapat bertahan hidup.
Pada
kecebong yang diberi perlakuan potongan tegak lurus yang ditempatkan pada
tempat terang tidak mengalami perkembangan karena mengalami kematian, sedangkan
pada tempat gelap mengalami perkembangan dan mencapai titik klimaks dalam
regenerasi ekornya, hal ini telah dijelaskan sebelumnya dimana dalam
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan sekitar tempat
hidupnya. Sedangkan pada kecebong yang ditempatkan di daerah gelap mengalami
perkembangan yang cukup baik, karena factor lingkungannya sangat mendukung
dalam proses perkembangan kecebong tersebut.
Ekor
kecebong dengan sayatan miring, dimana diberi perlakuan yang sama seperti
sebelumnya aitu pada tempat gelap dan terang. Dimana pada tempat terang banyak
kecebong yang mati dan hanya menyisahkan kecebong pada wadah 1, sedangkan pada kecebng dengan tempat gelap
mengalami pertumbuhan yang baik. Hal ini sekali lagi disebabkan oleh kondisi
lingkungan dan kemampuan suatu hewan dalam beradabtasi dengan lingkungan
sehingga dapat bertahan hidup dan melakukan regenerasi organ dengan baik.
Perbandingan antara kecebong yang diberi sayatan miring dan tegak lurus, dalam
laju regenerasinya tidak begitu menunjukan perbedaan yang menonjol, dimana
dalam tahap akhir masing masing kecebong memiliki panjang ekor yang sama.
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum
Regenerasi pada ekor kecebong yaitu pada ekor kecebong yang dipotong akan
mengalamai regenerasi yaitu dimana ekor yang telah dipotong tadi akan
berkembang kembali seperti dalam bentuk semula dengan melalui tahap dimana sel epidermis menyebar menutupi permukaan
luka dari potongan (pemulihan) dan membentuk tudung epidermis apikal. Semua
jaringan mengalami diferensiasi dan generasi membentuk sel kerucut yang disebut
blastema regenerasi di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel
blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika salah satu
anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat
bergenerasi sehingga kembali pada bentuk semula.
B. Saran
Saran yang saya sampaikan yaitu agar asisten
memberikan pengarahan / yang lebih jelas dalam melaksanakan praktikum, agar
praktikan dapat mengetahui dan memahami praktikum yang sedang dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah,Kemas Ali, dkk., 2005,
Biologi Tanah Ekologi & Makrobiologi Tanah. Jakarta, Raja Grafindo
Persada.
Kimball John W., 1983, BiologI
Jilid 2, Jakarta, Erlangga.
Sugandi, dkk, 2001, Regenerasi, Embriologi Hewan, Jakarta,
Erlangga
Surjono, Tien Wiati, 2001, Perkembangan
Hewan, Jakarta, Universitas Jambi.
Yatim. 1990, Reproduksi
dan Embriologi, Tarsito, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar