Senin, 16 Februari 2015

LAPORAN PRAKTIKUM REGENERASI HEWAN KATAK

I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Regenerasi untuk hewan invertebrata adalah perbaikan secara lengkap sampai berfungsinya dari beberapa bagian tubuh organisme. Pada banyak protozoa, porifera, coelentrata, dan planaria serta nemertinia. Memiliki kemampuan regenerasi fragmen tubuh hingga ukuran 0,5% dari tubuh dan dibawah kondisi khusus untuk ukuran fragmen yang lebih kecil.
Pada hewan-hewan tertentu bagian tubuh yang disayat/dibuang/hilang, dapat diperbaiki dengan sempurna melalui proses regenerasi. Dalam hal ini tampak bahwa kemampuan tumbuh dan diferensiasi tidak terbatas pada embrio saja, tetapi dapat sampai dewasa bahkan seumur hidup organisme tersebut. Pada regenerasi, umumnya polaritas dipertahankan. Contoh hewan yang memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi adalah planaria dan kecebong. Kemampuan regenerasi sangat berbeda diantara hewan-hewan. Planaria merupakan hewan yang mempunyai kemampuan regenerasi yang luar biasa. Penggantian bagian tubuh yang hilang atau yang rusak terjadi dalam dua cara yaitu Transformasi dan reorganisasi bagian tubuh yang tertinggal, seperti perubahan atau pembentukan farink baru pada regenerasi planaria.
Berdasarkan paparan sebelumnya, maka sangat penting bagi kita untuk melakukan praktikum ini agar kita dapat mengetahuai proses regenerasi pada katak.

B.  Rumusan masalah
            Rumusan masalah pada praktikum Regenerasi yaitu, bagaimana membuktikan bahwa pada hewan-hewan tertentu organ baru masih dapat terbentuk setelah melewati periode organogenesis, bahkan pada periode setelah dewasa ?
C.  Tujuan praktikum
            Tujuan dilakukannya praktikum Regenerasi yaitu, Untuk membuktikan bahwa pada hewan-hewan tertentu organ baru masih dapat terbentuk setelah melewati periode organogenesis, bahkan pada periode setelah dewasa










II. TINJAUAN PUSTAKA
Regenerasi adalah kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Pada mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada penyembuhan luka. pertumbuhan jaringan baru dari permikaan jaringan yang luka atau hilang dengan bentuk tunas regenerasi atau “blastema”, seperti pembentukan ekor dan kepala planaria ( Sugandi, 2001 )
Sel pembentuk blastema dapat berasal dari sel yang mengalami dedifferensiasi. Regenerasi berlangsung melalui dua cara yang  pertama, epimorfis yaitu apabila perbaikan disebabkan oleh proliferasi jaringan baru yang disebut blastema di atas jaringan lama. Kedua yaitu Morfalaksis dimana  apabila perbaikan disebabkan oleh reorganisasi jaringan lama. Heteromorfis adalah beberapa percobaan organ yang terbentuk selama proses regenerasi sama dengan organ yang hilang tetapi adakalanya organ yang terbentuk berbeda dengan organ yang hilang (Kimball,1983).
Pada kecebong yang telah memiliki kaki dengan kecebong yang belum memiliki kaki akan berbeda kemampuannya dalam memperbaiki jaringan atau organ yang rusak atau luka. Daya regenerasi pada kecebong yang telah memiliki kaki akan lambat, sedangkan kecebong yang belum memiliki kaki akan cepat. Hal ini dikateranakan salah satu factor yang mempengaruhi daya regenerasi suatu organisme adalah umur organisme tersebut. Semakin bertambahnya umur maka daya regenerasi akan berkurang dan bahkan dapat menghilang. Meskipun suatu organisme memiliki kemampuan untuk  memperbaiki jaringan atau organ yang rusak atau luka pada tubuhnya, namun ada bagian-bagian tubuh tertentu yang tak dapat diregenerasi atau dengan kata lain kemampuan regenerasinya telah hilang. Terkecuali pada planaria, planaria adalah hewan yang memiiki daya regenerasi yang sangat baik. Apabila tubuh panaria dipotong-potong  maka setiap potongan tersebut akan menjadi organisme baru. Daya regenerasi ini mengikuti proses fragmentasi yang merupakan cara perkembang biakan aseksual pada planaria yang bertujuan menghasilkan keturunan (Surjono, 2001).
Pada kebanyakan Annelida terbukti regenerasi dapat dilkukan sangat terbatas, misalnya hanya beberapa segmen saja dari bagian anterior yang dapat dibentuk, dan jumlah segmen ini tergantung pada spesies.Pada cacing tanah Alloobophora foetida jumlah itu empat atau lima saja. Apabila lima segmen itu kurang dipotong dari dari bagian anterior dari cacing ini, maka regenerasi akan terjadi secara lengkap. Tetapi apabila lebih dari lima segmen dipotong, maka hanya empat atau lima segmen baru yang dibentuk, dan dengan demikian cacing ini akan lebih pendek dari aslinya. Apabila potongan dilakukan  di belakang segmen genital (segmen 10-14), maka hanya empat atau lima segmen kearah anterior yang dibentuk dan alat genital yang ikut terpotong tidak pernah diperbaharui. Dengan demikian tipe regenerasi yang terjadi adalah epimorfis. Epimorfis umum dijumpai pada hewan tingkat tinggi (Hanafiah, 2005).
Sepanjang hidup suatu orgsanisme, beberapa tubuhnya dapat rusak atau lenyap. Sebagaian besar organisme sampa derajat tertentu mempunyai kemampuan mengganti bagian-bagian yang rusak atau lenyap tersebut. Proses penggantian ini diseut regenerasi. Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari spesies ke spesies. Spon dapat meregenerasi seluruh organisme dari hanya konglomerasi sel-selnya. Hal ini juga terjadi pada hydra. Seekor planaria dapat meregenerasi seluruh organisme dari satu bagian tengah. Bahkan bintang laut dapat meregenerasi seluruh organisme dari hanya satu tangan dan cakra tengah. Cacing tanah tak mempunyai daya regenerasi demikian , yaitu dapat meregenerasi seluruh organisme.akan tetapi mereka dapat meregenerasi dengan cukup kokoh (Yatim, 1990).








III. METODE PRAKTIKUM
A.  Waktu dan Tempat
Praktikum Regenerasi dilaksanakan pada hari kamis,  25 April 2013 pada pukul 07.30-9.30 WITA. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan  Universitas Haluoleo Kendari.
B.  Alat dan Bahan
1.  Alat
Alat yang digunakan pada praktikum perkembangan sel kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum perkembangan sel kelamin.
No
Alat
Kegunaan
1.
Plastik  hitam tipis
Untuk menutup toples atau bejana tempat kecebong tersebut
3.
Silet / cutter
Untuk memotong ekor kecebong tersebut
4.
Sendok kecil
Untuk mengambil kecebong dari tempatnya
5.
Gelas aqua
Sebagai tempat kecebong yang akan diamatai
6.
Cawan petri
Sebagai tempat kecebong yang akan di potong ekornya
7.
Karet gelang
Untuk mengikat plastik hitam pada gelas aqua

2.    Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum perkembangan sel kelamin   dapat dilihat pada Tabel 2.
     Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum perkembangan sel kelamin
No.
Bahan
Kegunaan
1.
Kecebong
Sebagai bahan pengamatan
2.
Air
Media  agar kecebong bertahan hidup.
C.  Prosedur kerja
Prosedur kerja pada praktikum Regenerasi  yaitu sebagai berikut:
1.      Menyiapkan empat gelas aqua yang berisi air, dan didalam masing-masing gelas  dimasukkan 2 ekor kecebong.
2.      Dua kecebong didalam satu gelas disayat ekornya dengan cutter secara tegak lurus dan dua lainnya disayat miring. Tempat sayatan kira-kira ditengah ekor dan lainnya tidak dipotong sebagai kontrol.
3.      Mengukur panjang ekor sebelum disayat (dari pangkal sampai ujung ekor).
4.      Memperhatikan blastema pada tempat sayatan. Mengukur panjang regerat, sampai bentuk atau ukuran ekor lengkap dicapai.











IV.  HASIL DAN PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
         Hasil pengematan pada praktikum Regenerasi dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.
Tabel 3. Pengamatan ekor  kecebong pada sayatan tegak lurus

Pelakuan
Panjang Ekor
Awal
(Cm)
Setelah Dipotong
(Cm)
Panjang Sayatan Tegak Lurus
(Cm)

Keterangan
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
Terang  1
Terang 2
Terang 3
Gelap 1
Gelap 2
Gelap 3
2.5
2.5
2.5
2.1
2.1
2.5
1
1
1
0.5
0.5
1
1
1
-
1.4
1.2
1.9
-
-
-
1.5
1.5
2
-
-
-
1.7
1.7
2.1
-
-
-
2.3
1.8
2.3
Mati
Mati
Mati
Berkembang
Berkembang
Berkembang

Tabel 4. Pengamatan ekor kecebong pada sayatan Miring

Pelakuan
Panjang Ekor
Awal
(Cm)
Setelah Dipotong
(Cm)
Panjang ekor Sayatan Miring
(Cm)

Keterangan
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
Terang  1
Terang 2
Terang 3
Gelap 1
Gelap 2
Gelap 3
3
2.5
2
2.5
2.5
2
1
1
1
1
1
1
1.2
2
-
1.5
1.9
1.2
1.6
-
-
1.6
2
1.4
1.8
-
-
1.8
2
1.6
2
-
-
2
2.3
1.8
Berkembang
Mati
Mati
Berkembang
Berkembang
Berkembang




Tabel 5. Pengamatan ekor kecebong  Kontrol

Pelakuan
Panjang Ekor
Awal
(Cm)
Panjang Sayatan Tegak Lurus
(Cm)

Keterangan
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
Kontrol terang 1
Kontrol terang 2
Kontrol gelap 1
Kontrol gelap 2
2.5

2.5

2.5

2.5
2.5

2.5

2.5

2.5
2.3

2.1

2.2

2.2
2

2

2.5

2.5
2.1

2.1

2.5

2.5
Berkembang

Berkembang

Berkembang

Berkembang

B. Pembahasan
Regenerasi adalah kemampuan hewan untuk memperbaiki bagian tubuhnya yang rusak. Regenerasi berlangsung selama perkembangan pasca embrio melalui proses tumbuh dan diferensiasi pada jaringan sekitar luka, sehingga permukaan luka tertutup epidermis serta jaringan dibawahnya membentuk jaringan baru. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tidak akan ada yang sempurna. Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari berbagai kegiatan, mulai dari pemulihan kerusakan yang parah akibat hilangnya bagian tubuh utama. Misalnya penggantin anggota bagian badan sampai pada penggantian kerusakan kecil yang terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya rambut. Regenerasi dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan diferensiasi sel-sel lapisan marginal .Hewan-hewan yang termasuk dalam sub phylum vertebrata mempunyaidaya regenerasi yang lebih randah dibandingkan dengan daya regenerasi padahewan-hewan yang termasuk dalam avertebrata (regenerasi tertinggi terjadi pada Urodela).
. Regenerasi berlangsung melalui dua cara, yanag pertam yaitu, Epimorfis dimana apabila perbaikan disebabkan oleh proliferasi jaringan baru yang disebut blastema di atas jaringan lama. Ke dua,  Morfalaksis, apabila perbaikan disebabkan oleh reorganisasi jaringan lama. Heteromorfis adalah beberapa percobaan organ yang terbentuk selama proses regenerasi sama dengan organ yang hilang tetapi adakalanya organ yang terbentuk berbeda dengan organ yang hilang.
Proses regenerasi pada kecebong berbentuk seperti penimbunan sel-sel yang nampak belum berdiferensiasi pada luka yang disebut blastama, yang akan berproliferasi dan secara progresif membentuk bagian tubuh yang hilang. Blsatama berasal dari sel cadang khusus atau neoblast sel-sel interstitial yang bermigrasi ke tempat asal luka. Proses regenerasinya yaitu pada saat ekor kecebong dipotong darah mengalir menutupi pernukaan luka (darah yang mengalir tidak nampak karena bersatu dengan air) lalu membentuk scap yang sifatnya melindungi.
Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya. Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius..
Pada pengamatan yang dilakukan ekor kecebong sebelum di sayat memiliki ukuran yang berfariasi  baik yang di sayat lurus, miring, maupun sebagai kontrol. Kemudian kecebong kecebong tersebut disimpan pada beberapa gelas aqua yang telah diisi air sebelumnya untuk dibiarkan hidup dan meregenerasi organ tubuhnya yang telah rusak akibat pemotongan yang dilakukan. Kecebong tersebut diberi perlakuan yang berbeda dimana ada yang ditempatkan di tempat terang dan gelap. Kemudian perkembangan dari hari ke hari di ukur panjang ekor kecebong sampai ukurannya seperti semula, pengukuran di lakukan 2 kali seminggu. Dimana pada minggu keempat ekor kecebong telah kembali dalam bentuk semula., 
Dalam tahap perkembangannya ada beberapa kecebong yang mengalami kematian, yaitu terlihat pada kecebong pada wadah (gelas aqua 1,2,3) pada tempat terang dan wadah 2 dan 3 pada kecebong yang disayat miring dan pada tempat terang pula . Hal ini disebabkan oleh beberapa factor lingkungan seperti, kadar Oksigen yang terlarut dalam air, suhu kelembaban udara dan ketersediaaan makanan yang tidak sesuai untuk proses perkembangan kecebong tersebut, sehingga kecebong tersebut tidak dapat bertahan hidup.
Pada kecebong yang diberi perlakuan potongan tegak lurus yang ditempatkan pada tempat terang tidak mengalami perkembangan karena mengalami kematian, sedangkan pada tempat gelap mengalami perkembangan dan mencapai titik klimaks dalam regenerasi ekornya, hal ini telah dijelaskan sebelumnya dimana dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan sekitar tempat hidupnya. Sedangkan pada kecebong yang ditempatkan di daerah gelap mengalami perkembangan yang cukup baik, karena factor lingkungannya sangat mendukung dalam proses perkembangan kecebong tersebut.
Ekor kecebong dengan sayatan miring, dimana diberi perlakuan yang sama seperti sebelumnya aitu pada tempat gelap dan terang. Dimana pada tempat terang banyak kecebong yang mati dan hanya menyisahkan kecebong pada wadah  1, sedangkan pada kecebng dengan tempat gelap mengalami pertumbuhan yang baik. Hal ini sekali lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan dan kemampuan suatu hewan dalam beradabtasi dengan lingkungan sehingga dapat bertahan hidup dan melakukan regenerasi organ dengan baik. Perbandingan antara kecebong yang diberi sayatan miring dan tegak lurus, dalam laju regenerasinya tidak begitu menunjukan perbedaan yang menonjol, dimana dalam tahap akhir masing masing kecebong memiliki panjang ekor yang sama.

V. PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Regenerasi pada ekor kecebong yaitu pada ekor kecebong yang dipotong akan mengalamai regenerasi yaitu dimana ekor yang telah dipotong tadi akan berkembang kembali seperti dalam bentuk semula dengan melalui tahap dimana  sel epidermis menyebar menutupi permukaan luka dari potongan (pemulihan) dan membentuk tudung epidermis apikal. Semua jaringan mengalami diferensiasi dan generasi membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika salah satu anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi sehingga kembali pada bentuk semula.

B.  Saran
Saran  yang saya sampaikan yaitu agar asisten memberikan pengarahan / yang lebih jelas dalam melaksanakan praktikum, agar praktikan dapat mengetahui dan memahami praktikum yang sedang dilaksanakan.



DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah,Kemas Ali, dkk., 2005, Biologi Tanah Ekologi & Makrobiologi Tanah. Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Kimball John W., 1983, BiologI Jilid 2, Jakarta, Erlangga.
Sugandi, dkk, 2001, Regenerasi, Embriologi Hewan, Jakarta, Erlangga
Surjono, Tien Wiati, 2001, Perkembangan Hewan, Jakarta,  Universitas Jambi.
Yatim. 1990,  Reproduksi dan Embriologi, Tarsito, Bandung
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar